Konstruksi
jalan terdiri dari beberapa lapis, antara
lain: Subgrade, Sub Base Course, Base Course, dan Surface. Aspal beton yang
dipergunakan untuk lapis perkerasan jalan juga terdiri dari beberapa jenis,
yaitu: lapis pondasi, lapis aus satu, dan lapis aus dua. Untuk mendapatkan mutu
aspal beton yang baik, dalam proses perencanaan campuran harus memperhatikan
karakteristik campuran aspal beton, yang meliputi.
1. Stabilitas
Stabilitas aspal beton dimaksudkan
agar perkerasan mampu mendukung beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan
bentuk. Stabilitas campuran diperoleh dari bgaya gesekan antar partikel
(internal friction), gaya penguncian (interlocking), dan gaya adhesi yang baik
antara batuan dan aspal. Gaya-gaya tersebut dipengaruhi oleh kekerasan permukaan
batuan, ukuran gradasi, bentuk butiran, kadar aspal, dan tingkat kepadatan
campuran.
2. Durabilitas
Aspal beton dimaksudkan agar
perkerasan mempunyai daya tahan terhadap cuaca dan beban lalu lintas yang
bekerja. Faktor-faktor yang mendukung durabilitas meliputi kadar aspal
yang tinggi, gradasi yang rapat, dan tingkat kepadatan yang sempurna.
3. Fleksibilitas
Fleksibilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu
menanggulangi lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa
mengalami perubahan bentuk. Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai dengan
menggunakan gradasi yang relatif terbuka dan penambahan kadar aspal tertentu
sehingga dapat menambah ketahanan terhadap pembebanan.
Berikut ini adalah Sumber Aspal:
- Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang
merupakan turunan dari proses penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan
nama aspal keras.
- Aspal juga terdapat di alam secara alamiah, aspal ini
aspal alam
- Aspal ini dibuat dengan menambahkan bahan tambah
kedalam aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi safat
rheologinya sehingga akan menghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspal modifikasi.
1. Aspal Hasil Destilasi
Minyak mentah disuling dengan cara
Destilasi, yaitu proses dimana berbagai fraksi dipisahkan dari minyak mentah
tersebut. Proses destilasi ini disertai oleh kenaikan temperatur pemanasan
minyak mentah tersebut. Pada setiap temperatur tertentu dari proses destilasi
akan dihasilkan produk-produk berbasis minyak.
a. Aspal Keras
Pada proses Destilasi fraksi ringan
yang terkandung dalam minyak bumi dipisahkan dengan destilasi sederhana hingga
menyisakan suatu residu yang dikenal dengan nama aspal keras. Dalam proses
destilasi ini, aspal keras baru dihasilkan melalui proses destilasii hampa pada
temperatur sekitar 480ºC. Temperatur ini bervariasi tergantung pada sumber
minyak mentah yang disulaing atau tingkat aspal keras yang akan dihasilkan.
Untuk menghasilkan aspal keras
dengan sifat-sifat yang diinginkan, proses penyulingan harus ditangani
sedemikian rupa sehingga dapat mengontrol sifat-sifat aspal keras yang dihasilkan.
b. Aspal Cair
Aspal cair dihasilkan dengan
melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut berbasis minyak. Aspal ini dapet
juga dihasilkan secara langsung dari proses destilasi, dimana dalam proses ini
raksi minyak ringan terkandung dalam minyak mentah tidak seluruhnya
dikeluarkan. Kecepatana menguap dari minyak yang digunakan sebagai pelarut atau
minyak yang sengaja ditinggalkan dalam residu pada proses destilasi akan
menentukan jenis aspal cair yang dihasilkan. Aspal cair dibedakan dalam beberapa
jenis, yaitu:
· Aspal Cair Cepat Mantap (RC =
Rapid Curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya cepat menguap.
Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini biasanya adalah bensin
· Aspal Cair Mantap Sedang (MC =
Medium Curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya tidak begitu cepat
menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini biasanya adalah minyak
tanah
· Aspal Cair Lambar Mantap (SC =
Slow Curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya lambat menguap.
Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini adalah solar.
Tingkat kekentalan aspal cair
sanagat ditentukan oleh proporsi atau rasio bahan pelarut yang digunakan
terhadap aspal keras atau yang terkandung pada aspal cair tersebut. Aspal cair
jenis MC-800 memiliki nilai kekentalan yang lebih tinggi dari MC - 200.
c. Aspal Emulsi
Aspal emulsi dihasilkan melalui
proses pengemulsian aspal keras. Pada proses ini partikel-partikel aspal keras
dipisahkan dan didispersikan dalam airyang mengandung emulsifer (emulgator).
Partikel aspal yang terdispersi ini berukuran sangat kecil bahkan sebagian
besar berukuran sangat kecil bahkansebagian besar berukuran koloid. Jenis
emulsifer yang digunakan sangat mempengaruhi jenis dan kecepatan pengikatan
aspal emulsi yang dihasilkan. Berdasarkan muatan listrik zat pengemulsi yang
digunakan, Aspal emulsi yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi :
· Aspal emulsi Anionik, yaitu aspal
emulsi yang berion negatif.
· Aspal emulsi Kationik, yaitu aspal
emulsi yang berion positif
· Aspal emulsi non-Ionik, yaitu
aspal emulsi yang tidsk berion (netral)
2. Aspal Alam
Aspal Alam adalah aspal yang secara
alamiah terjadi di alam. Berdasarkan
depositnya aspal alam ini
dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu:
Aspal Danau ( Lake Asphalt)
Aspal ini secara alamiah terdapat di
danau Trinidad, Venezuella dan
lewele. Aspal ini terdiri dari
bitumen, mineral, dan bahan organik
lainnya. Angka penetrasi dari aspal
ini sangat rendah dan titik lembek
sangat tinggi. Karena aspal ini
dicampur dengan aspal keras yang
mempunyai angka penetrasi yang
tinggi dengan perbandingan tertentu
sehingga dihasilkan aspal dengan
angka penetrasi yang diinginkan.
Aspal Batu (
Rock Asphalt)
Aspal batu Kentucky dan buton adalah
aspal yang secara alamiah
terdeposit di daerah Kentucky, USA dan
di pulau buton, Indonesia.
Aspal dari deposit ini terbentuk
dalam celah-calah batuan kapur dan
batuan pasir. Aspal yang terkandung
dalam batuan ini berkisar antara 12–35 % dari masa batu tersebut dan
memiliki persentasi antara 0–40.
Untuk pemakaiannya, deposit ini
harus ditimbang terlebih dahulu, lalu
aspalnya diekstrasi dan dicampur
dengan minyak pelunak atau aspal
keras dengan angka penetrasi sesuai
dengan yang diinginkan. Pada saat
ini aspal batu telah dikembangkan
lebih lanjut, sehingga menghasilkan
aspal batu dalam bentuk butiran
partikel yang berukuran lebih kecil dari
1 mm dan dalam bentuk mastik.
3. Aspal Modifikasi
Aspal modifikasi dibuat dengan
mencampur aspal keras dengan suatu bahan
tambah. Polymer hádala jenis bahan
tambah yang sering di gunakan saat ini,
sehinga aspal modifikasi sering
disebut juga aspal polymer.
Antara lain berdasarkan sifatnya,
ada dua jenis bahan polymer yang biasanya
digunakan untuk tujuan ini, yaitu:
-Aspal Polymer Elastomer dan karet
Aspal Polymer adalah jenis – jenis
polyer elastomer yang SBS (Styrene Butadine Sterene), SBR (Styrene Butadine
Rubber), SIS (Styrene Isoprene Styrene), dan karet hádala jenis polymer
elastoner yang biasanya digunakan sebagai bahan pencampur aspal keras.
Penambahan polymer jenis ini yang dimaksudkan untuk memperbaiki sifat rheologi aspal,
antara lain penetrasi, kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras.
Campuran beraspal yang dibuat dengan aspal polymer elastomer akan memiliki
tingkat elastisitas yang lebih tinggi dari campuran beraspal yang dibuat dengan
aspal keras. Presentase penambahan bahan tambah ( additive) pada pembuatan
aspal polymer harus ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium, karena
penambahan bahan tambah sampai dengan batas tertentu
memang dapat memperbaiki sifat-sifat
rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebiha justru akan
memberikan pengaruh yang negatif.
-Aspal Polymer Plastomer
Seperti halnya dengan aspal polymer
elastomer, penambahan bahan polymer plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan
untuk meningkatkan sifat rheologi baik pada aspal keras dan sifat sifik
campuran beraspal. Jenis polymer plastomer yang telah banyak digunakan antara
lain adalah EVA (Ethylene Vinyle Acetate), Polypropilene, dan Polyethilene.
Presentase penambahan polymer ini kedalam aspal keras juga harus ditentukan
berdasarkan pengujian labolatorium, karena penambahan bahan tambah sampai
dengan batas tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi
aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebiha justru akan memberikan
pengaruh yang negatif.
Fungsi
atau Manfaat Aspal